Kamis, 02 November 2023

Kembali lagi

Hai, ini adalah sesuatu yang akan aku jabarkan namun tak aku ketahui mengapa bisa tertulis.
Selama kaki ini terus berjalan, jemari menekan tiap huruf, dan pikiran berkecamuk, aku selalu bertanya pada segala hal yang kusebut "Mengapa".
Kau tau? Ada banyak hal yang sudah tersimpan sejak lama dalam benak namun aku tidak mampu menumpahkannya, bahkan pada diriku sendiri.
Berkutat dibelakang layar lebih kusukai dibanding lantang bersorak sorai pada dunia, sebab mereka tidak akan menanggapi diriku dengan kasih.
Kau tau? Ketika aku mengetik narasi ini, akupun masih menyimak otak dan hati saling adu selisih. Mereka saling berbincang mencari jawaban yang bahkan masih berlanjut sejak puluhan tahun lamanya.
Aku ingin sekali apa yang sudah tersimpan ini bisa berkurang hingga 50%, namun rasanya tidak ada yang mampu dan ingin menjadi kawan bertukar pikiran. Alih-alih mencari kawan, justru banyak dari mereka berpikir mencari perhatian. Well, jika begitu kenapa gak dari dulu aja aku cari muka? Nyatanya lebih suka dibalik layar daripada berinteraksi dengan orang banyak.
Tapi di tempat ini aku bebas menulis apa yang aku mau, aku bebas mengeluarkan isi pikiranku. Takkan ada yang peduli dengan isi dari pesan ini, dan itu tidak masalah.
Aku percaya ketika ada seseorang yang membaca pesan ini pasti akan memiliki versi makna yang berbeda dariku. Yaa gapapa, namanya juga penafsiran tiap orang berbeda. Hal yang wajar ketika setiap orang punya statement yang tak sama.

Ini adalah catatan baruku sejak 2020 terakhir menulis. Aku juga baru cek kembali beranda ini dan sudah usang sekali, namun kini sudah aku lap dan kembali bersih.

Selasa, 21 Januari 2020

Sekali saja

"Lihat! Senyum merekah tampak jelas di raut wajahmu yang indah itu. Ah, ku yakin kamu selalu seperti itu.",
"Kamu hebat dan selalu saja berhasil. Tak heran banyak yang menyukaimu"
"Kau selalu beruntung dan tetap terjaga. Jadi dirimu pasti menyenangkan."

Tidak, ini salah.
Apa yang tampak dari luar tak selamanya menggambarkan dirimu.
Kamu ... Pemeran yang hebat ya(?)

Kali ini kukatakan padamu untuk,
"Keluarlah kamu, sekali saja!"
Aku ingin kamu keluar dan menunjukkan dirimu tak harus seperti apa yang mereka pinta.
Aku ingin kamu membentangkan sayap-sayap cantikmu didepan mereka.
Setiap helai sayapmu janganlah kau tutupi lagi.
Luka yang kau sembunyikan biarlah menjadi kuatmu untuk terbang bebas, sekali saja.
Keluarlah kamu dari tembok-tembok penghalang itu sekarang juga.
Keluarlah, lihatlah langit biru polos itu dengan seksama.
Ia tak selamanya berada pada posisinya, sesekali ia lemah tak berdaya dan menangis.
Kaupun begitu, kaupun sama.

Kamu, tolonglah.... Sekali saja.

Minggu, 05 Januari 2020

Namaku Anak

Hai, namaku anak.
Aku anugerah terindah sebagai buah cinta dua insan yang dipersatukan.
Aku adalah amanah dari Sang Ilahi untuk mereka didik
Aku adalah gerbang yang mampu membawa mereka dalam keindahan atau keburukan, sebagaimana mereka mendidikku.
Meski begitu, mereka tak sepenuhnya menjadi alasan.

Disaat kedatanganku, tangis haru meluap menyambut awal kisahku dimulai.
Aku adalah buku kosong tanpa coretan.
Aku adalah tiap-tiap lembaran kosong yang hari-harinya akan penuh pena.

Mulanya, mereka yang akan mencoret tiap lembaranku.
Sampai pada akhirnya, aku mampu memberi tinta pada lembaranku sendiri.
Pada titik itu, aku bukan lagi sosok yang berjari mungil nan menggemaskan.
Aku... Sudah mampu melihat arah dan menapaki jalan yang akan dituju.

Kelak, aku akan lepas dan berpindah tangan dari penjagaku.
Kendati begitu, manakah yang dahulu akan menjemputku...

Kekasih impian atau kematian?

Say Yes to Peace

Terdengar jeritan hati menginginkan kedamaian,
Namun asap kebencian menutupi itu semua.
Sebercak darah menghiasi kejadian itu,
Tidak dapat menyampaikan pesan hati pada dunia.
Tetesan air mata dan senyuman menjadi kesatuan dalam doa sebelum mata tertutup. Langit menjadi saksi dan bumi adalah palsu.
Disini, kami yang hidup memerlukan cinta.
Cinta yang terjalin pada bagian atas dan bawah.
Cinta merangkul yang kecil.
Cinta akan kedamaian.
Kami yang hidup menginginkan kesudahan atas kepuasan yang tak terbatas, yang kian menutupi cahaya dalam ruang dimensi.
Dengan kekuasaanmu, kau membabat habis kami tanpa ampun, tanpa jeda dan tanpa belas kasih.
Kami lemah dan tangan kosong.
Kami yang hidup hanya bisa bungkam, tersungkur dan menyaksikan.

Sabtu, 21 Desember 2019

Satu jawaban

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.
Terimakasih dariku pribadi untuk ribuan pertanyaan dari ribuan penanya, saking banyaknya aku bingung jawabnya bagaimana dan akhirnya aku memilih blogku untuk menjawab pertanyaan kalian. Disisi lain aku memang sudah lama tidak bersua dengan blogger, hehe.
Aku akan menjawab dengan gaya bahasaku, menggabungkan seluruh pertanyaan menjadi satu kesatuan yang mungkin akan terlihat seperti sinopsis dari diriku.


Pertama-tama aku mau berterimakasih untuk teman karib, kakak tingkat, adik tingkat, dosen khususnya Pak Firman, Bu Lizza, dan teman-teman pondok serta Pak Ustadz dan istrinya yang selalu mensupport aku baik dalam doa maupun fisik. Karena peran mereka, aku menjadi seperti sekarang. Terkhususnya terimakasih bagi Allah, Sang Pencipta, yang menghadirkan orang-orang baik untuk aku. Tak lupa keluarga, khususnya ibu dan sanak saudara/i yang menambah semangatku untuk terus berjalan dijalan Allah.
   Aku, mahasiswi biasa yang secara tidak langsung menjadi 'role mode' untuk orang lain khususnya mahasiswa/i di kampus. Entah aku bingung mengapa itu bisa terjadi, nyatanya orang-orang disekitar kerap menyapa dan 'mengindahkan'ku, seakan-akan aku 'sempurna' dimata mereka.
Sungguh, aku tidak sesempurna yang kalian pikirkan. Karena aku adalah manusia sama seperti kalian yang tak luput dari dosa dan kesalahan. Menjadi role mode bagi orang sekitar nyatanya tidak semudah yang dipikirkan. Pasalnya, dalam diri harus dibenahi dahulu, maka aura dari dalam akan terpancar dengan sendirinya. Ya, menjadi contoh yang baik bagi lingkungan sekitar memang bukan suatu perkara yang mudah. Ada 'jatuh-bangun' yang harus kita lalui termasuk aku. Yang kita pikir baik belum tentu baik, begitupun sebaliknya. Namun, mari kita sama-sama menjadi baik versi Allah :).
   Aku bukan pula manusia yang seutuhnya sudah baik dan benar. Jika aku kerap memposting sajak atau kata-kata motivasi serta islami, itu artinya akupun menyenggol diriku sendiri untuk selalu mengevaluasi dan membenahi diri. Karena menjadi 'role mode' itu bukan hanya sehari, dua hari, tiga hari, namun berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan berkelanjutan sampai akhir. Aku menjadi yang seperti ini sekarang, itu semua karena atas seizin Allah☺
   Aku mengajak kalian untuk sama-sama bisa menjadi 'role mode' dimanapun kita berada. Sama-sama saling menguatkan, mengingatkan baik dunia maupun akhirat. Aku ingin masuk ke jannah-Nya bersama dengan kalian, siapapun yang aku kenal dan mengenal aku. Yuk, terus benahi diri.

Pesanku untuk siapapun yang membaca (termasuk aku),
"Teruslah berjalan dijalan Allah sekalipun kamu merangkak. Namun satu hal yang harus kamu ketahui, jangan pernah berbalik arah dari jalan Allah."
Terimakasih,
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh

Jumat, 11 Oktober 2019

Kabut keegoisan

Aku berdiam diri sejenak...
Menunggu waktu bersejajar denganku.
Aku menegakkan tubuhku, memantapkan hatiku dan menetapkan tekadku.

Aku tidaklah seorang diri.
Banyak tangan di pundakku seraya tersenyum.
Peluhku sudah cukup membasahi, tekadku mengalahkan hak tubuhku yang meminta jeda.
Detik yang kuanggap begitu berharga, ternyata hancur oleh "Tuhan" yang palsu.
Ragaku saat itu mantap akan istirahat yang tenang dan indah, namun detik yang ku impikan tidak indah seperti asaku.

Aku bertanya-tanya, apakah aku begitu percaya diri akan citaku? Atau "Tuhan" yang palsu itulah yang membuat citaku tidak seindah rasa percaya diriku?

Ah, ternyata di malam itu ada kabut.
Ya, kabut keegoisan.
"Tuhan" yang palsu itu membuat kabut keegoisan tersebar luas di setiap sudut.
Membutakan setiap mata yang ingin melihat cahaya rembulan.

Kendati begitu, aku tahu malam akan berganti menjadi pagi. Sang fajar 'kan berganti dan mentari akan merobek 'kabut' itu. Segera....

Sabtu, 08 Desember 2018

Tak cukup satu buku

Hidupku warna-warni.
Hari-hariku mengandung makna.
Orang-orangku begitu unik. Datang dan pergi membawa kesan dan pesan, baik tersirat maupun tersurat.

Sepenggal kisah kutorehkan pada secarik kertas dan pena, terkadang berkutat pada layar dan ditemani segelas susu. Menguntai setiap huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, paragraf menjadi sebuah bab, beberapa bab 'ku satukan dalam buku.
Tapi....
Aku merasa satu buku tak cukup untuk menuangkan kisah hidupku disana. Aku perlu beberapa buku 'tuk dijadikan saksi.

Akan tetapi, aku bingung...

Jika aku ingin membukukan kisah hidupku yang warna-warni, sampai mana kata 'tamat' bisa 'ku pakai?